Pasuruan, Meri.co.id – Kebijakan kenaikan tarif masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang diberlakukan sejak akhir akhir Oktober, berdampak negatif bagi para pelaku wisata di Tosar Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, para sopir jeep yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian lokal, kini harus meratapi penurunan drastis jumlah wisatawan.
Kenaikan tarif masuk gunung Bromo saat ini naik 2 kali lipat dari sebelumnya Rp 29.000 menjadi Rp 54.000 di hari kerja dan Rp 34.000 menjadi Rp. 79.000 di hari libur, Sementara untuk wisatwan mancanegara menjadi Rp. 225.000 baik hari kerja maupun hari libur.
Salah satu sopir Jeep wilayah Tosari Tinton menyampaikan, dengan naiknya tiket masuk gunung Bromo beberapa booking terjadi, seperti pada akhir pekan kemarin hanya sekitar 100 Jeep saja yang jalan.
“Semenjak tiket masuk kemarin sudah terasa bagi sopir Jeep, banyak yang batal berangkat soalnya pengunjung batal datang,” kata Tinton, Senin (11/11).
Tinton juga menyampaikan dampak tidak hanya pada sopir Jeep saja, tapi juga pada pelaku wisata yang ada si Tosari mulai dari warung makan, penyedia penginapan hingga souvenir.
“Bukan sopir saja yang terasa, tapi juga para pedagang, pemilik penginapan ikut terasa sepinya pada akhir pekan,” ucapnya.
Juga dirasakan pelaku pemilik Jeep di wilayah Probolinggo Umam Masduki, yang ikut merasakan sepinya pengunjung wisata gunung Bromo, dari kenaikan tarif masuk.
“Wilayah Probolinggo juga ikut sepi semua pengunjung yang ke Bromo batal, sejak tiket naik diketahui pengunjung,” ujar Umam.
Dengan dampak yang signifikan terhadap pelaku wisata gunung Bromo, berharap pemerintah dan pengelola TNBTS dapat mencari solusi yang lebih bijaksana.
“Kenaikan tarif memang perlu, tapi jangan sampai mematikan sektor pariwisata. Fasilitas harus ditingkatkan, dan tarifnya jangan terlalu memberatkan wisatawan,” tegasnya.
Selain masalah tarif, para pelaku wisata juga menyoroti masalah infrastruktur di kawasan wisata, kemacetan di kawasan Penanjakan sering terjadi, terutama saat musim liburan. Hal ini tentu saja mengurangi kenyamanan wisatawan.
“Tiket naik tapi pembangunan tidak ada untuk menunjang wisata, terutama titik-titik utama wisata yang macet hingga kini tidak ada solusi,” tutupnya.
