WASHINGTON DC, MeRI.CO.ID – DEPARTEMEN Pertahanan AS (Pentagon) menilai serangan balasan Ukraina terhadap militer Rusia tidak sesuai dengan harapan Washington DC. Padahal, pasukan Kiev sudah disokong dengan berbagai macam persenjataan oleh Barat, khususnya negara-negara NATO.
“(Serangan balik Ukraina) ini lebih lambat dari yang kami harapkan,” kata Wakil Menteri Pertahanan AS, Colin Kahl, saat konferensi pers, Jumat (7/7/2023).
Sejak dimulainya, agresi militer Rusia di Ukraina pada Februari tahun lalu, Amerika Serikat dan para sekutu NATO telah memberikan banyak persenjataan kepada Kiev. Triliunan rupiah telah dihabiskan oleh negara-negara Barat itu untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
Menurut Kahl, AS dan para sekutu terus berusaha melatih prajurit Ukraina agar terbiasa menggunakan senjata NATO. Hal tersebut mengharuskan tentara Kiev bertempur dengan cara yang berbeda dari doktrin militer warisan Uni Soviet—yang selama ini dianut oleh Ukraina.
Sementara pakar militer Austria, Kolonel Markus Reisner, sebelumnya mengatakan bahwa tahap pertama serangan balik Ukraina terhadap Rusia yang selalu digembar-gemborkan telah gagal. Pasalnya, Angkatan Bersenjata Ukraina bertindak sesuai dengan pedoman AS, sedangkan militer Rusia telah dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi itu.
“Tahap pertama ofensif Ukraina, menurut saya, telah gagal. Upaya untuk maju, seperti yang dijelaskan dalam buku teks militer AS, sudah dilakukan,” kata Reisner dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran Jerman, NTV, Selasa (4/7/2023) lalu.
“(Namun) belakangan, orang-orang Ukraina menyadari bahwa Rusia terlalu siap untuk upaya semacam itu untuk berhasil,” ujarnya.
Menurut Reisner, Kiev saat ini mencoba mengubah taktiknya dan memperbaiki kesalahan yang dibuat. Akan tetapi, serangan itu masih tidak terencana dan disertai dengan banyak korban. (*/red)